Note by Annisa
CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MAAF TUK BERPISAH

Kau tau tnTng hatiku yg tak prnh bs tuk melupaknmu.......
Kau tau tntng diriku, yg sLlu mengenangmu............
ku tau bahwa dirimu mendambakan kasih suci yg sejati.....
ku yakin bahwa dirimu merindukan kasih sayang yg hakiki.....
Namun kini ku sadari bhwa smw itu salah dan keliru yg dpt mMbuat hati mNjdi trNodai..........
Kini maafknLh sgla khilaf yg tlh qt lewati.........
Yg tlh mMbawa qt k jalan yg meLupakn ALLAH...........
Mungkin qt mMang hrZ brPisah tuk mNjga diri...........
Untuk kmbLi arungi hdup dlm ridho iLahi..........
Dan bila takdirny qt brSma pastiLh ALLAH akn mNyaTukn Qt....................



(by ANNISA)

zina???

zina mata zinanya adlh pandangan.
zina mulut zinanya adlh mencium.
zina kaki zinanya adlh melangkah.
zina hati zinanya adlh hawa nafsu dan angan2.
ya ALLAH jauhknLh hmba dri zina2 itu!!

12 nasehat bagi wanita



1) Jauhilah Olehmu banyak bicara (yg tdk bermanfa'at) dan jagalah lisanmu dari
cerewet.
sesungguhnya Allah berfirman:
''Tiada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yg menyuruh
(manusia)memberi sedekah atau berbuat ma'ruf atau mengadakan
perdamaian di antara manusia(An-Nisa:114)
ketahuilah bahwa di sana ada
orang yg menghisab pembicaraanmu dan menghitung atasmu. Ringkaslah
pembicaraanmu,dan bicaralah sebatas maksud dan tujuanmu.




2) Bacalah AL-Quran, Al-Kariem dan berusahalah agar ia menjadi wirid harianmu,jg
berusahalah utk menghafalkannya sesuai dgn kemampuanmu agar engkau
memperoleh pahala yg besar kelak di hari kiamat.
Diriwayatkan dari
Abdullah bin amir Radhiyallahu Anhu, dari Nabi shallahu'Alaihi wasalam
beliau bersabda:
''Kelak (di hari kiamat ) akan di katakan kepada pembaca
Al-Quran,bacalah,pelan-pelanlah dan tartilah (dalam membacanya) sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, sesungguhnya tempat
dan kedudukanmu ada pada akhir ayat yg kamu baca, (Hadist
Shahih,Tirmidzi 1329).


3) Tidak baik jika kamu
membicarakan semua pembicaraan yg telah kamu dengar,sebab demikian itu
memberi peluang kepadamu utk jatuh dalam lubang kebohongan, Abu
Hurairah Radhiyallahu'Anhu meriwayatkan:''sesungguhnya Nabi Muhammad
saw bersabda: ''Cukuplah seorang dianggap sebagai pembohong,jika dia
membicarakan semua apa yg telah di dengarnya.(Muslim dlm
Mukaddimahnya,Hadist ayat 5).


4) Jauhilah sifat
sombong dan bangga diri dgn sesuatu yg bukan milikmu karena utk pamer
dan menyombongkan diri di depan umum. Diriwayatkan Dari Aisyah
Radhiyallahu'Anhu bahwa ada seorang perempuan yg berkata: ''Wahai
Rasulullah,aku katakan bahwa suamiku telah memberiku sesuatu yg tidak
pernah di berikan kepadaku,kemudian rasulullah brsabda:''Orang yg merasa
kenyang dgn sesuatu yg tdk di berikan kepadanya sebagaimana orang yg
memakai pakaian kepalsuan(Muttafaq Alaih).


5) Sesungguhnya
zikir kepada Allah memiliki pengaruh yg Agung bagi kehidupan Ruh,jiwa
badan dan sosial muslim.oleh karena itu wahai ukhti muslimah
berusahalah berdzikir kepada Allah dlm setiap saat dan
keadaan,sesungguhnya Allah telah memuji hamba-hamba-NYA yg ikhlas
kepada-NYA,firman-NYA::''yaitu orang-orang yg meninggal (dzikir) Allah
sambil berdiri atau duduk atau dlm keadaan berbaring,9Ali_Imran:191).


6) Jika
engkau hendak berbicara jgn lah engkau agung-agungkan, jgn engkau
fasih-fasihkan dan jgn pula engkau buat-buat sebab yg demikian itu
adalah sifat yg di benci oleh Rasulullah. Beliau
bersabda:''sesungguhnya orang yg paling Aku benci dan paling jauh tmpat
duduknya kelak di hari kiamat ialah mereka yg suka bicara (yg tdk
berfaedah)dan yg suka mengada-adakan pembicaraannya dan para
Mutafaihiqun (orang yg mengagung-agungkan pembicaraan bohong) (Hadist
shahih ,diriwayatkan oleh tarmidzi,1642).


7) Hendaklah
engkau berteladan kepada Rasulullah yg senantiasa lebih banyak diam
dan berfikir tdk memperbanyak tertawa apalagi berlebih-lebihan di
dlmnya. jika kamu berbicara maka batasilah pembicaraanmu hanya yg
baik-baik saja,jika kamu tdk bisa maka diam itu lebih baik
bagimu,Rasulullah bersabda:''Barang siapa yg beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah ia mengatakan yg baik atau lebih baik
diam.(Bukhari).


8) Janganlah sekali-kali memutus
sebuah pembicaraan orang lain atau membantahnya atau menampakkan
pelecehan terhadapnya,tetapi jadilah pendengar yg baik yg mendengarkan
pembicaraan orang lain dgn sopan (sebagai tanda budi baikmu)dan jika
engkau trpaksa membantah ucapan mereka bantahlah dgn cara yg lebih baik
(utk menampakkan kepribadianmu).


9) Waspadalah
sepenuhnya dgn sikap mengejek dan merendahkan dialek pembicaraan orang
lain seperti terhadap orang yg kurang lancar bicaranya atau terhadap
mereka yg berbicara dgn tersendat sendat....Allah
berfirman:
''Hai orang-orang yg beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yg lain (karena) boleh jd mereka (yg di
olok-olokkan)lebih baik dari mereka yg mengolok-olok dan jgn pula
wanita-wanita(mengolok-olok)wanita-wanita lain (karena)boleh jd
wanita(yg di olok -olokkan)lebih baik daripada wanita
(mengolok-olok),,(Al-Hujurat:11).


10) jika engkau
mendengar bacaan Al-Quran Al-karim,maka hentikanlah pembicaraanmu
apapun masalah yg sedang engkau bicarakan,karena menghormati terhadap
kalamullah. dan utk mengindah perintah-NYA yg mana Allah telah
berfirman:''Dan apabila di bacakan Al-Quran maka dengarkanlah baik-baik
dan perhatikanlah dgn baik (tenang)agar kamu mendapat Rahmat.
(Al-Araf:204).


11) Senantiasa menimbang kata-kata
(ucapanmu) sebelum di ucapkan oleh lisanmu,dan berusahalah agar kalimat
yg terucap oleh lisanmu adalah kalimat yg baik dan menyejukkan tetap
dlm kerangka jalan kebaikan,jauh dari keburukan dan sesuatu yg
menghantarkan kepada Murka Allah,sesungguhnya kata-kata itu memiliki
tanggung jawab yg besar,sdh berapa banyak kata-kata yg memasukan
pengucapnya ke dlm syurga.sebaliknya sdh berapa banyak kata-kata yg
menenggelamkan pengucapannya ke lembah jahanam. Diriwayatkan dari Abu
hurairah Radhiyallahu'Anhu dari Nabi Muhammad bersabda:''sesungguhnya
seorang hamba berbicara dgn sebuah pembicaraan yg mengandung Ridho
Allah,seakan-akan manusia tdk peduli dgnnyamaka Allah akan mengangkatnya
dgnnya beberapa derajat,dan seorang hamba berbicara dgn suatu yg di
murkai Allah,seakan-akan manusia tdk peduli dgnnya maka Allah
menceburkannya karenanya ke dalam lembah neraka
jahanam.(HR.Bukhari:64-78).


12) Pergunakanlah
lisanmu utk beramal ma'ruf dan nahyu munkar serta utk berdakwah kepada
kebaikan,karena lisan adalah nikmat Allah yg agung yg telah
dikaruniakan kepadamu. Allah berfirman:''Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang
yg menyuruh(manusia)memberi sedekah atau berbuat Ma'ruf atau
mengadakan perdamaian di antara manusia,
(An-Nisa:114)

AKHWAT SEJATI

WANITA SEJATI


Bukan dilihat dr cantik wajahnya. Tp dilihat dr kcantikan hatinya

Bukan dilihat dr bntuk tubuhnya. Tp dilihat dr sjauh mana dia mnutupi bntuk tubuhnya

Bukan dilihat dr bgitu byk kbaikan yg ia brikan. Tp dilihat keikhlasan ia brikan kbaikan itu

Bukan dilihat dr sbrapa indah ia lantumkan suaranya. Tp dilihat dr apa yg sring mulutnya bicarakan

Bukan dilihat dr keahlian brbhasa. Tp dilihat cara ia brbicara

Bukan dilihat dr kbranian brpakaian. Tp sjauh mana ia mnjaga khormatannya.

╔♫♫♫ ♥♫♫♫♫♫♫♫♫♫♥♥♥♥♥♫♫♫♫♫♫♫♫♫♫♥♥♥♥♥♫♫♫♫♫♫♫♫


Akhwat Sejati…


Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…


Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…


Akhwat Sejati…


Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani…


Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…


Akhwat Sejati…


Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…


Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…

HAPPY IDUL ADHA

Hari-hari ini kita telah memasuki bulan yang mulia yaitu bulan Dzul
hijjah. Di mana pada bulan ini Allah Swt memberikan karunia bagi
hambaNya untuk memberbanyak amal shaleh.Telah banyak dalil tentang
keutamaan sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah ini, baik dari Kitab
maupun Sunnah. Diantara amalan yang di anjurkan dalam hari-hari ini
adalah:

a.Shalat
Disunnahkan bersegera mengerjakan shalat fardhu dan memperbanyak
shalat-shalat sunnah, karena semua itu merupakan ibadah yang paling
utama.


b.Shoum(Puasa)
Karena dia termasuk perbuatan amal shaleh. Dari Hunaidah bin Kholid dari
istrinya dari sebagian istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,
dia berkata: "Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berpuasa pada
tanggal sembilan Dzul Hijjah, sepuluh Muharram dan tiga hari setiap bulan"
(Riwayat Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i).

c.Takbir, Tahlil dan Tahmid
Dari Ibnu Umar radiallahuanhu dia berkata: Rasulullah bersabda: Tidak ada
hari-hari yang lebih besar di sisi Allah Ta’ala dan tidak ada amal
perbuatan yang lebih dicintai selain pada sepuluh hari itu. Maka
perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “ (Riwayat
Tabrani dalam Mu’jam Al Kabir)

d.Puasa hari Arafah
Puasa Arafah sangat dianjurkan bagi mereka yang tidak pergi haji,
sebagaimana riwayat dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa
beliau berkata tentang puasa Arafah (yang artinya): "Saya berharap kepada
Allah agar dihapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya"
(Riwayat Muslim).

e.Berkurban pada tanggal 10 Dzulhijjah dan hari Tasyrieq
Berkurban merupakan ibadah yang di syariatkan dalam agama Islam, sebagai
ibadah untuk mendekatkan diri bagi seorang hamba kepada Allah Swt. Firman
Allah Swt dalam surat Al Kautsar ayat 1-3:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak(1) Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah( 2) Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus" (QS:Al
Kautsar[108] :1-3)

Setiap hamba akan menemui ujian pengorbanan sesuai dengan bobot dan kadar
keimanannya. Kita selalu dalam saringan dan ujian Allah Swt. Babak-babak
penyaringan itu akan terus dan berjalan melalui peristiwa demi peristiwa.
Semua itu pada hakikatnya Allah Swt hendak menguji kualitas keimanan
setiap hambaNya. Apakah termasuk kualitas keimanan sungguhan apa tidak,
manakah yang lebih dominan antara iman dan rasa eman. Firman Allah Swt:

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu"(QS:
Muhammad[47] :31)

Ibadah kurban hukumnya adalah sunnah muakadah (sangat dianjurkan) bagi
mereka yang mampu secara materi. Ini seperti dijelaskan oleh Rasulullah
Saw, "Barang siapa memiliki kelapangan rizki (keuangan), lalu ia tidak
berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami,"(HR.Ahmad) .
Maka bagi kaum muslimin yang telah mampu atau kuasa menyembelih hewan
kurban, hendaklah melaksanakannya tanpa ragu-ragu sebagai usaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Perintah melaksanakan ibadah kurban mempunyai beberapa keutamaan,
diantaranya sebagai berikut:
Pertama:Pengampunan dari Allah Swt. Rasulullah Saw telah bersabda kepada
anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban.”Ya
Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya
kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu
lakukan. Dan bacalah : Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan
matiku hanya untuk Allah Swt, Rabb alam semesta (HR. Abu Daud dan
At-Tirmizi)
Kedua: Mengharap keridhaan dari Allah Swt. Allah Swt telah berfirman:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya" (
QS:Al Hajj[22]:37)
Ketiga: Ibadah kurban merupakan amalan yang paling dicintai Allah pada
hari Raya Idul Adha. “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah
dari bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan
kurban”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)
Keempat: Hewan kurban sebagai saksi di hari kiamat. “Sesungguhnya hewan
kurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk,
bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban telah terletak
disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu,
bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)
Kelima: Mendapatkan pahala yang besar. Pahala yang amat besar, yakni
diumpamakan seperti banyaknya bulu dari binatang yang disembelih, ini
merupakan penggambaran saja tentang betapa besarnya pahala itu, hal ini
dinyatakan oleh Rasulullah SAW. "Pada tiap-tiap lembar bulunya itu kita
memperoleh satu kebaikan". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Idul Adha bukanlah hari raya biasa. Untuk merayakannya tidak sekedar
bertakbir, tahlil, tahmid serta bertasbih. Yang dilanjutkan dengan shalat
ied dan menyembelih hewan kurban. Tapi lebih dari itu, idul adha melalui
syariat kurban mengingatkan kita untuk merenung, berpijak , dari
keagunanan sejarah yang melatar belakanginya tentang pengorbanan
Nabiyallah Ibrahim dan putra tercinta Ismail, anak yang sangat disayangi
dan menjadi buah hati selama ini ternyata harus di sembelih sebagai
perintah Allah Swt.


" Yang Hatinya Penuh Cinta CZ Allah "

Di Atas Sajadah Cinta

Di Atas Sajadah Cinta




Penulis: Habiburrahman El Shirazy

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.
Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.
Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.
Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,
“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha
…”
(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya
…)
Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?
Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

***

Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,
“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq
…”
(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar
…)

***

Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”
“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”
“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”
“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”
“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”
“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

***

Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.
“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.
“Be…benarkah?”
“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”
Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,
“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”
Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.

***
Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.
Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”
Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,
“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”
Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,
“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”
Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,
“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”
Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,
“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”
Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.
“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”
“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”
“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”
“Aku mau melanjutkan perjalananku!”
Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.
“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”
Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.
“Tidak usah.”
“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”
Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

***

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.
Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,
“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”
Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,
“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”
Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

***
Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.
“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.
Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.
Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.
“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”
Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,
“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

***

Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,
“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”
Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

***

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.
Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,



Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum

Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.
Zahid,
Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.

Wassalam
Afirah

===============================================================

Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.
Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :



Kepada Afirah,

Salamullahi’alaiki,

Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.
Afirah,
Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )
Afirah,
Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :
“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”
Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.
Afirah,
Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam,
Zahid

===============================================================

Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.
Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.
Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :



Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum,

Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.

Wassalam,
Afirah



===============================================================
Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.